Pulo Batee berasal dari 2 (dua) kata yaitu “Pulo” dan “Bate”. Pulo yang berarti Pulau (island), lingkungan, areal atau kumpulan daerah dalam Bahasa sehari-hari dan Bate yang berarti Cangkir (Cup), yang berarti wadah penampungan sejenis air seperti cawan, yang kadang kala orang terdahulu juga menggunakannya sebagai tempat sirih. Desa yang terletak 1 Km arah utara dari Kecamatan Glumpang Tiga ini memiliki luas wilayah 130,106 Ha.
Konon daerah ini dikatakan sedikit angker disebabkan adanya makhluk gaib yang menempati rawa-rawa di daerah ini, diantara makhluk gaib ini ada yang bisa berubah bentuk menjadi cangkir emas, guci emas dan benda-benda gemerlap lainnya. Hingga pada suatu sore di musim hujan rintik-rintik masyarakat mendengar suara benda yang beradu di sekitar rawa-rawa sebelah utara, kemudian dengan sedikit keberanian dan keraguan dalam hati masyarakat mencari tahu keberadaan suara tersebut. Dan hasilnya orang-orang ini melihat adanya perkelahian dua benda yang berlangsung sengit. Kedua benda tersebut yaitu Cangkir Emas (Bate Meuh) dan Guci Emas (Guci Meuh). Setelah sekian lama bertarung, perkelahian tersebut dimenangkan oleh Cangkir Emas (Bate Meuh).
Karena peristiwa tersebut kemudian orang-orang ramai membicarakan tentang penampakan makhluk sejenis Cangkir Emas ini, yang kemudian menimbulkan isu horror di masyarakat, sehingga dinamakanlah gampong tersebut dengan Gampong “Pulo Batee”. Namun isu ini perlahan-lahan hilang dalam aktivitas masyarakat untuk mencari rezeki, karena masyarakat tidak harus takut pada hal-hal yang demikian, tapi hanya takut kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangannya. Sampai sekarang cerita ini menjadi dongeng sebelum tidur bagi anak-anak gampong Pulo Batee. Apakah cerita ini benar atau hanya dongeng semata hanya Allah SWT yang tahu, namun perlu diketahui di salah satu rumah warga ada sebuah cincin sumur berbentuk cangkir yang besar, berwarna keemasan dengan kedalaman sangat dalam dan air yang sangat bersih.